Kamis, 22 April 2010

BUDIDAYA CACING TANAH

TTG BUDIDAYA PETERNAKAN

BUDIDAYA CACING TANAH

( Lumbricus sp.)

1. SEJARAH SINGKAT

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang

(invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini

Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat

kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat

menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.

2. SENTRA PERIKANAN

Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang dan

sekitarnya.

3. JENIS

Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae

dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan

Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain: Pheretima,

Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal

dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk

tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada

segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya

lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada

segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.

Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing

kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah

kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17.

Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang

lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis

yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi

telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

4. MANFAAT

Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi

dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman

menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang

menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai:

1. Bahan Pakan Ternak

Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat

dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.

2. Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.

Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan

tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.

3. Bahan Baku Kosmetik

Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku

pembuatan lipstik.

4. Makanan Manusia

Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan

makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.

5. PERSYARATAN LOKASI

1. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah

yang besar.

2. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran

ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan

yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.

3. Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam

sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing

tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.

4. Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah

adalah antara 15-30 %.

5. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah

sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat

C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.

6. Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan

pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di

bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang

atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan

panas.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah

didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu

contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x

18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat

wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan

terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,

pancing bertingkat atau pancing berjajar..

2. Pembibitan

Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media

tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang

pelindung.

A. Pemilihan Bibit Calon Induk

Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang

sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan

dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam, yaitu

dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan

kotoran hewan.

B. Pemeliharaan Bibit Calon Induk

Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:

a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang

digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika

sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar

kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah

dewasa.

b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah

bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.

c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.

d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke

bak lain.

e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3. Sistem Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,

maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.

Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,

tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan

di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam

media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan.

Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau

ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak

ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah

cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di

permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan

yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air,

kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak

berwarna hitam atau cokelat tua).

4. Reproduksi, Perkawinan

Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan

dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat

dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing

akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong

dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di

tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap

kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor

cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing

tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya

gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah

perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

C. Pemeliharaan

a. Pemberian Pakan

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing

tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus

diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa

semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media. Hal

yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara

lain :

�� pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara

diblender.

�� bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi

seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi

pakan.

�� pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak

tembus cahaya.

�� pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,

harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.

�� bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai

perbandingan air 1:1.

b. Penggantian Media

Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur

(kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak

dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata

penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

c. Proses Kelahiran

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan,

dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar,

kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih

dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak,

diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan

kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30

ditambah air secukupnya supaya tetap basah.

7. HAMA DAN PENYAKIT

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan

musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang,

burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan

lain-lain. Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah

yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk

penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara

disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.

8. PANEN

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan, yaitu

biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan

dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti

lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya

sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan

cacing tanah itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan

sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah

terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada

saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada

wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan

menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang

baru dan kascingnya siap di panen.

9. PASCAPANEN : ….

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya cacing tanah di Bandung (Jawa Barat) pada ahun 1999

adalah sebagai berikut:

1. Modal tetap

1. Sewa tanah seluas 200 m 2 /tahun ---------------------------------------

----------Rp. 120.000,-

2. Kandang pelindung:bahan bambu & atap rumbia ------------------------

-----------Rp. 150.000,-

3. Kandang ternak uk 1,5X18 m 2 , Tg 50 Cm :11 bh ----------------------

----------Rp. 600.000,-

4. Media :

�� Bahan media 6 Ton, @ Rp. 100,00 -------------------------------

------------Rp. 600.000,-

�� Plastik 200 m, @ Rp. 1600,00/m ---------------------------------

------------Rp. 320.000,-

�� Pelepah Pisang -----------------------------------------------------

-----------Rp. 25.000,-

Jumlah -------------------------------------------------------------

-----------Rp. 1.815.000,-

2. Biaya Penyusutan

1. Tanah -----------------------------------------------------------------------

-------Rp. 40.000,-

2. Kandang Pelindung ---------------------------------------------------------

-------Rp. 16.667,-

3. Kandang Ternak ------------------------------------------------------------

-------Rp. 66.667,-

4. Media

�� Bahan Media -------------------------------------------------------

-----------Rp. 300.000,-

�� Plastik --------------------------------------------------------------

-----------Rp. 160.000,-

�� Pelepah Pisang -----------------------------------------------------

------------Rp. 6.250,-

Jumlah -------------------------------------------------------------

------------Rp. 589.584,-

3. Modal Kerja

1. Bibit sebanyak 40 Kg, @ Rp. 200.000,00/Kg -----------------------------

---------Rp. 8.000.000,-

2. Pakan dalam bentuk limbah sayur(petsai, Mentimun) 5 Ton @Rp.

500,- ------------Rp. 2.500.000,-

3. Tenaga Kerja 4 orang @ Rp. 100.000,-/bulan ----------------------------

----------Rp. 400.000,-

Jumlah ----------------------------------------------------------------------

--------Rp. 10.900.000,-

4. Jumlah modal yang dibutuhkan :

1. Modal tetap -----------------------------------------------------------------

-------Rp. 1.815.000,-

2. Modal kerja -----------------------------------------------------------------

-------Rp. 10.900.000,-

Jumlah ----------------------------------------------------------------------

--------Rp. 12.715.000,-

5. Produksi/4 bulan

Selama 4 bulan 1600 Kg, @ Rp.210.000,-/Kg ------------------------------------

-------Rp. 336.000.000,-

6. Biaya produksi/4 bulan

1. Biaya penyusutan ----------------------------------------------------------

----------Rp. 589.584,-

2. Modal kerja -----------------------------------------------------------------

--------Rp. 10.900.000,-

Jumlah ----------------------------------------------------------------------

---------Rp. 11.489.584,-

7. Keuntungan/4 bulan

1. Produksi/4 bulan -----------------------------------------------------------

----------Rp. 336.000.000,-

2. Biaya produksi/4 bulan ----------------------------------------------------

-----------Rp. 1.489.584,-

Jumlah ----------------------------------------------------------------------

---------Rp. 324.510.416,-

8. Break Even Point

1. Keuntungan/4 bulan -------------------------------------------------------

------------Rp. 324.510.416,-

2. Biaya Produksi/4 bulan ----------------------------------------------------

------------Rp. 11.489.584,-

Jumlah ----------------------------------------------------------------------

---------Rp. 313.020.822,-

Keuntungan selama 4 bulan -----------------------------------------------

-----------Rp. 313.020.822,-

Untung bersih Produksi Rp. 313.020.822,-/120 hr -----------------------

------------Rp. 2.608.506,-

BEP = Biaya Tetap [ 1 - (Biaya Penyusutan : Keuntungan)]

= Rp. 1.815.000,00 [ 1 - (Rp. 589.584 : Rp. 324.510.416,-)]

= Rp. 1.815.000,00 [ 1- 0.0018 ]

= Rp. 1.815.000,00 X 0.9982

= Rp. 1.811.733,00

Artinya tingkat hasil penjualan sebesar Rp. 1.811.733,00/4 bulan

9. Tingkat Pengembalian Modal

Modal Kembali =[Jumlah Modal Yang Diperlukan/(keuntungan + penyusutan)]

* 1bulan = 1,733 bulan atau 2 bulan dalam 1 kali Produksi. Jadi tempo yang

diperlukan untuk menutupi kembali Investasi adalah dalam 1 kali panen atau 2

bulan.

2. Gambaran Peluang Agribisnis

Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapat respon yang

besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkan karena besarnya

permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksi cacing tanah. Budidaya

cacing tanah dapat memberikan hasil yang besar dengan penanganan yang baik.

11. DAFTAR PUSTAKA

1. Asep, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2 Juli 1999).

2. Budiarti, Asiani, Palungkun, Roni, Cacing Tanah (Jakarta : Penebar Swadaya, 1992).

3. Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli 1999).

4. Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli 1999).

5. Hud, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli 1999).

6. Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2 Juli 1999).

7. Sayuti, Fahri, Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah (Bandung : Pusat Latihan Dan

Pengembangan, 1999).

8. Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli 1999).

9. Waluyo,Neno, Wawancara dengan Mahasiswa Peternak Cacing Tanah (Bogor : Kamis,

24 Juni l999).

12. KONTAK HUBUNGAN

1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa

No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan

Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta

10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web:

http://www.ristek.go.id

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas



Labels : art paint free wallpapers supercar wallpapers Exotic art templates blog

1 komentar:

Unknown mengatakan...


Santoso Lumbricus Rubellus Farm

Siap melayani kebutuhan rutin anda akan cacing Lumbricus Rubellus

Siap mengantar ke lokasi yang anda inginkan


Siap bekerjasama dalam usaha pembibitan, pembesaran dan pembelian cacing Lumbricus Rubellus


Hubungi : Adi Santoso
Jl.Duri A9 No.4 – Jakarta 10140
08174832089
e-mail : santosorico@yahoo.com

Posting Komentar